RENCANA TUHAN SIAPA YANG TAU




Suatu hari kelasku kedatangan murid baru yang bernama Mala. Ia pindahan dari Lombok. Ia pindah ke Jakarta karena pekerjaan ayahnya. Saat pertama kali ia mendatangi kelasku, aku sangat tidak menyukainya karena dia telah merebut hati guru kesayanganku yaitu Bu Tina yang semula Bu Tina sangat membangga-banggakan aku lalu berubah dan lebih mementingkan Mala. Aku pun tak mau diam begitu saja. Aku harus beri dia pelajaran. Tiba-tiba aku terfikir “Oh iya ya bisa juga tuh dia jadi pembantu gue haha” kataku dalam hati. Lalu aku pun mencoba mendekatinya.
Pada jam istirahat aku bertemu Mala dikantin, ia sedang makan bakso. Aku pun menghampirinya “Hai Mala” kataku. Mala pun menjawab sapaanku “Hai juga Niken. Aku lagi makan bakso nih, kamu mau? Kalau mau, nanti kupesenin”. “Oh nggak usah, Mal. Aku udah kenyang nih” kataku. Dan aku bersama Mala menghabiskan waktu bersama sambil bercakap-cakap.
Keesokan harinya, aku menyuruh Mala duduk sebangku denganku. “Mal, duduk sama aku aja yuk” dan Mala pun mengangguk. Oh iya aku lupa sekali bahwa hari ini pelajaran fisika ada PR. Tak perlu membuang-buang waktu aku pun langsung menyuruh Mala mengerjakan PRku, lagipula Mala ini jago fisika.
“Mal, bisa kan kamu bantuin aku ngerjain PRku?” kataku. Lalu Mala pun menjawab “Oh iya bisa kok bisa”. “Yaudah kamu tolong kerjain PRku ini ya, aku mau kekantin dulu nih mau beli makanan, kamu mau apa? Nanti kubelikan.” Dan Mala hanya menggelengkan kepalanya lalu aku pergi meninggalkan Mala.
            Dan aku kembali saat bel masuk berbunyi, “Mal, PRku sudah dikerjain?” kataku. “Sudah, ini PRmu” kata Mala. “Oh makasih ya”. Pelajaran fisika pun terlewati dan akhirnya bel pulang berbunyi.
Saat itu hujan turun dengan derasnya. Tenang saja aku kan dijemput sama supirku pakai mobil, jadi tak perlu khawatir. Namun berbeda sekali dengan Mala, dia pulang dengan berjalan kaki padahal jarak dari sekolah kerumahnya itu lumayan jauh. Ah aku tak peduli. Biar saja nasib dia ini.
            Pada saat dijalan, aku melihat Mala yang sedang berjalan kaki. “Aku punya ide nih. Mumpung dijalan lagi becek, aku suruh aja pak Kardi (supir) untuk ngebut supaya air banjir itu nyiprat keseragamnya Mala. Biar besok Mala gak masuk.” aku pun langsung menyuruh pak Kardi mengebut. Dan apa yang terjadi? Yeah, akhirnya terjadi juga. Aku sangat sangat senang sekali. Dan aku pun tanpa memikirkan perasaan Mala.
            Besoknya saat disekolah, ternyata Mala masuk tapi tidak memakai seragam melainkan dia memakai kaos berwarna putih dan celana yang kotor. Saat dia masuk kekelas, anak-anak pun menertawakannya dan Mala pun diolok-olok. Aku terlihat bahagia sekali.
            Suatu hari sekolahku mengadakan tes bea siswa untuk sekolah di Singapura. Ya aku pasti ikut tes itu tapi Mala pun diikutsertakan dalam tes bea siswa itu. Aku sangat kesal. Aku dirumah giat belajar, belajar, dan belajar. Karena aku tak mau kalah dengan si Mala.
            Tes itu pun berlangsung. Dan aku percaya aku pasti bisa menjadi 3besar. Karena yang akan ikut bea siswa di Singapura hanya terpilih 3 orang saja. Pengumuman hasil bea siswa pun diumumkan kepada orang tua masing-masing. Lalu siapakah yang kepilih? Tentunya Mala kepilih menjadi juara 2. Juara 1 yaitu Atha dan juara 3 adalah Tsabit. Aku sangat kecewa dan aku tak percaya dengan hasil ini. Aku yakin pasti aku seharusnya masuk 3 besar.
            Pada saat itu, sang 3 besar ditanya “Apakah kalian bersedia melanjutkan sekolah di Singapura?”. Atha dan Tsabit mengangguk-anggukan kepalanya dengan sangat yakinnya. Namun Mala pun menggelengkan kepalanya. “Mengapa Mala? Apakah kamu belum siap?”. Mala pun menjawab “Bukannya saya tidak siap Bu. Saya tidak menginginkan sekolah diSingapura”. Lalu bu Guru pun menegaskan “Benar kamu tidak mau? Ini kesempatan emas lho buat kamu”. “Ya saya tidak mau Bu. Lebih baik kesempatan ini ibu serahkan kepada Niken. Karena dia lebih pantas mendapatkan ini”. “Heh nggak usah deh sok kasian ke aku. Jadi orang jangan sok ya! Kapan lagi coba kamu dapet kesempatan ini? Seumur hidup juga kamu nggak bakal bisa” kataku. Lalu Mala menjawab “Serius deh aku lebih senang jika kamu yang pergi ke Singapura. Aku hanya anak dari seorang penjual Gorengan nggak pantas buat dapetin ini. Aku percaya sama kamu kok Nik”. “Yaudah Niken apa kamu bersedia?”. “Ya saya bersedia Bu” kataku.
            Akhirnya hari yang ku tunggu-tunggu tiba, hari keberangkatanku ke Singapura disambut dengan senyuman dari keluargaku. Akupun segera memasuki pesawat yang akan membawaku ke Singapura. Saat pesawat akan meluncur, aku pun segera berpamitan kepada semuanya.
            Didalam pesawat aku sangat menikmati indahnya alam jika dilihat dari atas. Wow pemandangannya indah sekali! Namun perasaanku tiba-tiba mendadak tidak karuan. Perasaanku tidak enak sekali. Aku pun tiba-tiba tak sengaja menjatuhkan gelas yang berisi teh. Aduh ada apa dengan ini.
            Saat aku sedang mengecek handphoneku. Ternyata ada sebuah pesan dari mamah yang berisi :
-niken. Sdh smpai mana? Mamah pny brita tp kamu jgn kaget ya ini ttg mala. Mala udh ga ada nik. Dia itu pny pnykt. Kata dktr memang umur mala udh gaakan lama lagi. Maka dr itu, mala tak ambil kesempatan ini krn dia yakin saat keberangkatan ke singapur pasti dia udh ga ada gitu nik. Sdh dl ya mamah sdg sibuk di acara pmkaman mala. Nanti kabar slanjutnya, mama beritahu. Hati hati ya nik disana..-
            Air mataku pun mengalir jatuh kepipi ku. Dan itu terjadi terus menerus. “Yatuhan kenapa ini harus terjadi? Aku tak sempat meminta maaf kepada Mala dengan apa yang selama ini aku perbuat. Aku sangat menyesal sekali” kataku dalam hati sambil menangis.
            Aku bingung aku harus bagaimana. Aku sangat ingin memeluk jenazah Mala. Dan aku pun menyuruh papah untuk menjemputku di Singapura. Aku ingin cepat mengunjungi makam Mala.
            Papah akhirnya menjemputku di apartement, aku segera pergi ke bandara. Dan akhirnya pesawat itu terbang juga. Diperjalan aku hanya diam dan menangis. Saat ingin mendarat, aku melihat mamah menjemputku dibandara Soekarno-Hatta. Aku langsung menarik tangan mamah untuk segera pergi kemakam Mala.
            Setibanya ditempat pemakaman Mala, aku menangis dengan semua penyesalan dengan apa yang telah aku perbuat kepadanya. Yatuhan apakah Mala akan memaafkan perbuatanku dahulu?
            Memang rencana tuhan tidak ada yang tau, kapan kita dicabut nyawa, sakit ataupun kecelakaan. Maka dari itu, jangan sia-siakan orang yang ada disekelilingmu karena suatu saat nanti, bisa saja dialah yang akan menjadi penyesalanmu diakhir nanti. Perbaikilah dirimu, perbaikilah sifatmu hingga membuat orang sekelilingmu tersenyum:-)

0 komentar:

Posting Komentar