Pada
suatu ketika saat aku sedang bermain ditaman bersama Keysa, kami bertemu dengan seorang gadis
dengan rambutnya yang cantik itu. Saat
kami temui, dia hanya terdiam sambil menundukan kepalanya. Lalu Keysa bertanya
“Maaf kenapa kamu terlihat bersedih?” dan dia hanya menggelengkan kepalanya
lalu pergi meninggalkan kami berdua.
Keesokan harinya sepulang sekolah aku dan Keysa bermain ditaman
itu lagi. Kami melihat seorang gadis itu lagi. Karena Keysa sangat penasaran
dengan gadis itu, Keysa langsung menghampirinya dan bertanya “Kamu siapa sih?
Kemarin aku tanya kamu langsung pergi. Aku hanya ingin tau kamu siapa?”. Aku
pun menahan emosi Keysa “Sudahlah Keysa jangan membentak dia seperti itu.
Kasihan dia”. Lalu si gadis itupun menjawab pertanyaan Keysa “Aku Giyra. Maaf
kemarin aku tak sempat menjawab pertanyaanmu”. Lalu aku, Keysa, dan Giyra bercakap-cakap
dan bercanda-canda. Tiba-tiban. Tak lama kemudian, Giyra terjatuh pingsan. Aku
sama Keysa pun kebingungan. Akhirnya aku sama Keysa menunggu Giyr. Namun pada
saat itu, tiba-tiba Giyra memegang kepalanya sambil menahan sakit yang ia rasaDisaat
itulah aku, Keysa, dan Giyra bersahabat.
Aku selalu menghabiskan waktu bersama Keysa dan Giyra
setelah pulang sekolah. Karena aku dan Keysa tidak satu sekolahan bersama
Giyra. Kami selalu bermain bersama, belajar bersama. Canda tawa yang sekarang
selalu menyinari hari-hariku.
Suatu hari saat aku dan Keysa sedang menunggu Giyra
ditaman, namun berjam berjam kami menunggu, batang hidung Giyra pun tak nampak.
Kami berdua heran ada apa dengan Giyra. “Key kok tumben ya Giyra nggak
ketaman?” kataku. Lalu Keysa menjawab “Manakutahu. Apa kita datangi aja
kerumahnya?”. “Sepertinya nggak perlu deh Key, mungkin aja dia sedang sibuk
dengan tugas tugas sekolahnya. Takut mengganggu”. Yasudah aku dan Keysa hanya bermain
berdua saja.
Akhir-akhir ini memang Girya tidak kelihatan sama sekali .
Sudah seminggu ini dia nggak bermain bersamaku dan Keysa lagi. Aku sangat heran
dengan keadaan Girya sekarang. Lalu aku memberanikan untuk menemui kerumahnya
tanpa Keysa. Sesampai dirumah Girya, aku segera mengetuk pintu lalu ada seorang
pembantu yang membukakan pintu dan bertanya “Ada apa dik? Mau bertemu dengan
siapa?” Aku pun menjawab “Saya temannya Girya mbak. Ada Giryanya?” Lalu
tiba-tiba raut wajah pembantu itu terlihat sedih dan ia berkata “Sebentar ya
dik saya panggilkan Giryanya dulu, sekarang adik duduk disini dulu ya.” lalu
pembantu itupun masuk dan memanggil Girya.
Lalu apakah yang aku lihat? Aku tak percaya rambut cantik
milik Girya itu telah habis. Aku sangat tak percaya. Lalu Girya berkata “Nelya?
Hai apa kabarmu? Sudah lama aku nggak bermain sama kamu dan Keysa lagi. Aku
sangat merindukan kalian.” Aku pun menjawab “Hai Girya. Kabarku baik saja,
bagaimana denganmu? Aku sangat tidak menyangka dengan semua yang sedang aku
lihat sekarang” terdengar ucapan dari seorang gadis itu “Kabarku? Ya yang
seperti kamu lihat sekarang ini, aku ya begini. Aku terkena penyakit keras.
Maaf aku tak pernah memberitahumu. Karena aku sangat tak ingin merepotkan orang
lain. Sebenarnya waktu pertama kali kau dan Keysa melihatku sedang berdiam
sendiri ditaman itu aku sedang merenungi penyakitku ini. Umurku tak akan lama
lagi, itu pernyataan dari dokter.” Raut wajah yang semula sangat senang bisa
bertemu dengan sahabat lalu raut itu pun berubah. Aku sangat tak menyangka atas
semua ini. Aku sangat sedih mendengar cerita ini. Lalu aku dan Girya pun
bercakap-cakap dan Girya pun menyampaikan pesan kepadaku “Nelya kumohon jangan
beritahu pada siapapun tentang keadaanku sekarang ini. Aku minta hanya kau saja
yang tau tentang semua ini.”
Saat aku bertemu Keysa, Keysa pun bertanya “Nel kemanasih
si Girya sudah lama aku tak melihatnya. Kita datengi kerumahnya saja yuk!” Lalu
aku segera menjawab “Tidak! Kita tak usah kerumahnya.” “Kenapa?” kata Keysa. “Ehm..
Girya sedang sibuk dengan tugas sekolahnya, kemarin aku bertemu dia diwarung,
tapi hanya sebentar lalu ia pergi karena masih banyak tugas yang harus
dikerjakan.” Akhirnya Keysa percaya dengan kata-kataku. Alhamdulillah yah
sesuatu.
Seminggu telah berlalu, saat aku dan Keysa sedang bermain
dirumahku. Lalu telepon pun berdering dan mamahku segera mengangkatnya. Setelah
mamah menerima telepon itu, mamah menangis. Aku bertanya “Mamah kenapa? Kenapa
mamah menangis? Mah ayo mah jawab mah.” Mamah pun menjawab “Itu nel nel si...
si..”, “siapa mah?” kataku. “Gir.. girya sudah nggak ada.” Dengan wajah penuh
kesedihan. Aku dan Keysa menangis dan segera pergi menemui Keysa kerumahnya.
Sesampai dirumah Girya, aku tak menyangka terpasang bendera
kuning didepan rumah Girya. Aku masih tidak percaya Girya sudah nggak ada. Aku
dan Keysa pun langsung memeluk jenazah Girya. Aku pun memberitahu kepada Keysa
“Key aku ingin ngomong sesuatu tapi kamu jangan marah ya. Sebenarnya itu Girya
terkena penyakit keras, kata dokter juga dia itu umurnya sudah tak lama lagi.
Aku sangat ingin memberitahu kamu, tapi Girya menyuruh jangan kasih tau Keysa
karena dia tak ingin merepotkan orang lain”, lalu Keysa marah kepadaku “Kenapa
kamu nggak ngasih tau ke aku? Padahal aku ingin sekali melihat saat saat
terakhir kepergian Girya dan ingin menghabiskan waktu bersama Girya. Kamu jahat
Nel!” dan Keysa meninggalkanku sendiri. Aku tak tau apa yang harus kuperbuat.
Kuharap aku dan Keysa bisa baikan.
Pada saat acara 7harian Almh. Girya, aku bertemu Keysa
dirumah Girya. Aku pun memberanikan diri mengobrol dengan keysa “key apakah
kamu masih marah denganku? Maafkan aku Key aku tak tau aku harus gimana supaya
kamu maafin aku”. Keysa pun menjawab dengan tersenyum “aku sudah tidak marah
kekamu kok. Ternyata marahan sama sahabat itu nggak enak ya haha. Yaudah
sekarang kita berdoa saja buat Girya ya supaya dia tenang disana”. “Ya, semoga
Girya senang ya melihat kita berdua akur seperti ini. Selama-lamanya kita
bertiga akan menjadi sahabat walaupun kita kini berbeda alam dengan Girya”
kataku. Lalu aku dan Keysa pun berpelukan.
0 komentar:
Posting Komentar